:strip_icc():format(jpeg)/liputan6-media-production/medias/2132890/original/040114800_1525327463-bri_1.jpg)
Industri perbankan harus segera membenahi sistem pengamanan termasuk juga sistem teknologi informasi untuk mengatasi masalah pencurian data nasabah melalui modus skimming. Bank tidak bisa terus menerus mengganti uang nasabah yang terkena skimming.
Pengamat perbankan Hilmi Rahman Ibrahim menjelaskan, pembenahan sistem teknologi sangat diperlukan secepatnya untuk mengatasi dan mencegah kasus skimming terjadi lagi.
Sejauh pengamatannya, penanganan yang sering dilakukan oleh perbankan adalah mendata korban skimming serta mengganti uang nasabah yang hilang.
"Jadi kalau sudah ada korban, cukup ditanggung selesai, ini penanganan pertama dari skimming. Bank akan ganti kerugian nasabah korban skimming," ungkapnya dalam diskusi, di Hotel Diradja, Jakarta, Selasa (10/4/2018).
Hal ini, menurut dia tidak akan cukup kuat menangkal kasus skimming yang memang bukan hal baru dalam dunia perbankan.
"Kasus skimming sudah selalu menjadi ancaman karena sudah 62 kali, berdasarkan catatan yang saya dapatkan. Jadi ini bukan sesuatu yang baru. Kalau bukan sesuatu yang baru maka penanganan harus cepat, dan bersifat mengatasi persoalan," katanya.
Jika perbankan lambat mengatasi masalah ini, maka sebagai tingkat kepercayaan masyarakat terhadap lama-kelamaan akan tergerus.
"Perbankan itu jasa. Sangat sensitif. Bayangkan kalau setiap Minggu ada kejadian skimming. Kemudian pihak perbankan hanya bertahan dengan siapa korban, datang ke saya saya ganti. Kepercayaan pada instusi bank, yang lama-kelamaan melorot," tegas dia.
Reporter: Wilfridus Setu Embu
Sumber: Merdeka.com
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3499076/risiko-skimming-atm-lebih-banyak-menimpa-nasabah-bank-briBagikan Berita Ini
0 Response to "Risiko Skimming ATM Lebih Banyak Menimpa Nasabah Bank BRI"
Post a Comment