Padahal, pada pembukaan perdagangan pagi tadi, pelemahan IHSG baru sebesar 0,45% ke level 6.242,18.
Secara sektoral, sektor jasa keuangan yang terkoreksi 0,89% menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi pelemahan IHSG.
Artinya sudah 2 hari sektor jasa keuangan membuat IHSG melemah. Pada perdagangan kemarin (8/5/2019), sektor jasa keuangan jatuh 0,57% dan menjadi sektor dengan kontribusi terbesar bagi IHSG yang melemah 0,43%.
Sama seperti kemarin, sektor jasa keuangan terkoreksi seiring dengan aksi jual yang menerpa saham-saham bank BUKU 4 atau bank dengan modal inti di atas Rp 30 triliun.
Pada hari ini, harga saham PT Bank Rakyat Indonesia Tbk (BBRI) turun 2,13%, PT Bank Negara Indonesia Tbk (BBNI) turun 1,71%, PT Bank Central Asia Tbk (BBCA) turun 1,05%, dan PT Bank Mandiri Tbk (BMRI) turun 0,33%.
Saham-saham bank besar di Tanah Air kembali menjadi sasaran jual investor lantaran kinerja rupiah yang begitu memprihatinkan. Hingga berita ini diturunkan, rupiah melemah 0,52% di pasar spot ke level Rp 14.365/dolar AS.
Sejak perdagangan pertama selepas Pilpres hingga hari ini, rupiah sudah melemah 2,02% di pasar spot melawan dolar AS. Dalam 14 hari perdagangan selepas Pilpres, rupiah hanya bisa menguat sebanyak 2 kali, sementara sisanya melemah atau stagnan.
Perang dagang AS-China yang kian panas juga membuat dolar AS selaku investasi minim risiko alias safe haven menjadi buruan investor pada hari ini. Selain itu, kinerja rupiah juga masih dibebani oleh rilis data cadangan devisa.
Kemarin, Bank Indonesia (BI) mengumumkan bahwa cadangan devisa per bulan April berada di angka US$ 124,3 miliar, turun dibandingkan bulan sebelumnya yaitu US$ 124,5 miliar. Tekanan terhadap cadangan devisa berarti BI memiliki amunisi yang lebih sedikit dalam menetralisir pelemahan rupiah.
Kala rupiah terus saja gagal menguat bahkan cenderung melemah, tentu ada kekhawatiran bahwa rasio kredit bermasalah (Non-Performing Loan/NPL) dari bank-bank besar akan terkerek naik dan menekan profitabilitas mereka.
Kinerja Perbankan
Lebih lanjut, kinerja keuangan periode kuartal-I 2019 yang mengecewakan juga masih membuat investor enggan memegang saham-saham bank BUKU 4.
Dari sisi laba bersih, ada dua emiten mampu melampaui ekspektasi analis, sementara dua lainnya tak mampu memenuhi ekspektasi.
Laba bersih BMRI pada 3 bulan pertama tahun ini senilai Rp 7,23 triliun, di atas konsensus yang dihimpun Refinitiv senilai Rp 6,82 triliun. Laba bersih BBNI mencapai Rp 4,08 triliun, mengalahkan konsensus yang senilai Rp 4,06 triliun.
Sementara itu, laba bersih BBRI sebesar Rp 8,2 triliun, di bawah konsensus yang senilai Rp 8,61 triliun. Untuk BBCA, laba bersih perusahaan Rp 6,06 triliun, juga di bawah konsensus Rp 6,18 triliun.
Walaupun laba bersih bervariasi (ada yang mampu melampaui ekspektasi dan tidak), empat bank BUKU 4 tersebut memiliki kesamaan: pendapatan bunga bersih (Net Interest Income/NII) berada di bawah ekspektasi analis.
Pada kuartal I-2019, NII BMRI senilai Rp 14,38 triliun, di bawah ekspektasi Rp 14,5 triliun. NII BBNI senilai Rp 8,86 triliun, di bawah konsensus Rp 9,63 triliun.
Adapun BBRI mencatatkan NII senilai Rp 19,41 triliun, di bawah konsensus yRp 20,42 triliun. Sementara untuk BBCA, NII tercatat senilai Rp 11,99 triliun, di bawah konsensus Rp 12,07 triliun.
TIM RISET CNBC INDONESIA (ank/tas)
https://www.cnbcindonesia.com/market/20190509141839-17-71492/2-hari-beruntun-saham-bank-bikin-ihsg-anjlok-ada-apa
2019-05-09 08:52:37Z
52781596998438
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Market 2 Hari Beruntun Saham Bank Bikin IHSG Anjlok, Ada Apa? - CNBC Indonesia"
Post a Comment