Lantas, apakah kebijakan ini cocok diterapkan di Indonesia?
Peneliti Institute for Development of Economics and Finance (INDEF) Bhima Yudhistira mengatakan kebijakan jam kerja panjang seperti yang diterapkan Jack Ma tidak cocok diterapkan di Indonesia. Pasalnya kini tren ekonomi Indonesia menurut dia lebih ke arah sektor jasa yang tidak memerlukan jam kerja panjang.
Bhima menyinggung soal work life balance, menurutnya dalam bekerja harusnya ada keseimbangan antara pekerjaan dengan interaksi sosial.
"Saya melihat work life balance itu sangat penting sekarang, kerja boleh tapi harus ada keseimbangan antara pekerjaan juga dengan interaksi sosial di masyarakat. Kita nggak ingin hanya kerja di depan komputer dan interaksi sosial rendah," kata Bhima.
Bahkan Bhima mengatakan apabila tidak adanya jam kerja yang yang seimbang seperti prinsip work life balance maka bisa memicu perilaku negatif bahkan bunuh diri bagi pekerja. Khususnya para pekerja muda yang masih sangat mudah tertekan.
"Itu bisa mendorong bunuh diri yang meningkat di usia remaja karena adanya tekanan kerja, jam kerja, dan adanya tekanan interaksi sosial berkurang sehingga memicu mereka berperilaku negatif," sebut Bhima.
Bhima menyebutkan daripada mencontek kebijakan jam kerja panjang yang diterapkan Jack Ma, lebih baik mencari cara untuk bekerja dengan efektif dan efisien.
"Saya harapkan Indonesia jangan contek Jack Ma, tapi lebih ke kerja efektif dan efisien, karena ini modelnya sudah ekonomi milenial," tutup Bhima.
(fdl/fdl)https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4510200/bisakah-kebijakan-kerja-12-jam-ala-jack-ma-diterapkan-di-indonesia
2019-04-14 08:33:00Z
52781559548503
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bisakah Kebijakan Kerja 12 Jam Ala Jack Ma Diterapkan di Indonesia? - detikFinance"
Post a Comment