"Jadi dari sisi upaya investasi kita sambut sangat baik, sangat positif andai kata perpindahan ibu kota bisa benar-benar dijalankan," katanya dalam konferensi pers di Kantor BKPM, Jakarta, Selasa (30/4/2019).
Terlebih estimasi anggaran pemindahan ibu kota dari Jakarta ke luar Pulau Jawa sekitar Rp 466 triliun atau US$ 33 miliar. Itu bisa dipenuhi dengan berbagai skema pembiayaan, yaitu APBN, kerja sama pemerintah badan usaha (KPBU), BUMN, dan swasta murni.
Tentu saja investasi sebesar itu bakal menjadi stimulus bagi investor dalam menanamkan modalnya.
"Perpindahan ibu kota tentu berpotensi jadi stimulan investasi dalam skala sangat besar. Jadi kalau wacananya proyek US$ 33 miliar atau lebih dari Rp 400 triliun tentu jumlah investasi yang sangat besar," ujarnya.
Namun ada beberapa hal yang menurut dia perlu diperhatikan guna mendorong investasi di ibu kota baru, terutama wilayah yang akan dikembangkan harus benar-benar mengikuti perkembangan zaman sesuai kebutuhan abad 21.
"Tapi tentunya hidup di abad 21 sangat beda dengan abad 20. Jadi kalau bangun ibu kota baru visioner dan langsung loncat ke industri 4.0, teknologi-teknologi tercanggih," sebutnya.
Dia mencontohkan, di beberapa negara sudah memanfaatkan angkutan kargo dengan menggunakan drone. Berikutnya desain kota dilengkapi kendaraan otonom alias tanpa pengemudi, dan sistem transportasinya berbasis listrik bukan BBM.
"Hal-hal seperti itu akan lebih baik untuk investasi dengan produktivitas tinggi. Tentu harapan saya langsung bangun infrastruktur abad 21," tambahnya. (zlf/zlf)
https://finance.detik.com/berita-ekonomi-bisnis/d-4530689/bagaimana-respons-investor-bila-ibu-kota-jadi-pindah
2019-04-30 07:59:00Z
52781584648321
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Bagaimana Respons Investor Bila Ibu Kota Jadi Pindah? - detikFinance"
Post a Comment