:strip_icc():format(jpeg)/kly-media-production/medias/2289473/original/065558600_1532415018-20180724-Telur-3.jpg)
Penjual menunjukkan telur dagangannya di Pasar Minggu, Jakarta, Rabu (24/7). Harga telur ayam mengalami penurunan di angka Rp 26 ribu per kilo. (Merdeka.com/Imam Buhori)
Yayasan Lembaga Konsumen Indonesia (YLKI) menilai pemerintah telah gagal mengendalikan harga telur dan ayam yang kini terus melambung di atas harga normal. Oleh karena itu, YLKI menyarankan pemerintah melacak keterjangkauan kedua komoditas itu di tengah masyarakat.
Sekretaris YLKI Agus Suyatno mengaku khawatir dengan harga telur dan ayam yang terlampau tinggi. Sebab, menurut dia, keduanya merupakan sumber gizi utama bagi masyarakat golongan menengah ke bawah.
"Kenaikan harga ini jadi kegagalan pemerintah dalam mengontrol ketersediaan pangan. Masyarakat khawatir, sebab telur dan daging ayam selama ini jadi sumber gizi masyarakat menengah ke bawah," ucap dia saat berbincang dengan Liputan6.com, Senin 30 Juli 2018.
Dia berpendapat, kasus ini harus segera dijadikan sebagai bahan evaluasi oleh pemerintah. Jika hal ini terus dibiarkan, ia mengaku takut dampaknya akan melebar ke berbagai produk olahan lain.
"Telur dan ayam ini kan tidak hanya untuk konsumsi, tapi juga jadi bahan dasar produk olahan lain. Kenaikan harga ini otomatis bakal mempengaruhi produk-produk dan kegiatan usaha lain, seperti pembuatan kue," urainya.
Selain itu, ia menyebutkan, lonjakan harga telur dan ayam juga turut memberi kontribusi terhadap angka inflasi negara yang sebesar 0,25 persen. Ia menyebut, itu sudah di luar ambang batas normal lantaran peninggian harga terjadi di luar event-event tertentu, seperti hari raya.
Saksikan video pilihan di bawah ini:
Bagikan Berita Ini
0 Response to "Jelang Idul Adha, Harga Telur Stabil Rp 23 Ribu per Kg"
Post a Comment